Sejarah Suku Sasak

Suku Dunia ~ Orang Sasak mendiami Pulau Lombok di deretan pulau-pulau Nusa Tenggara (Sunda Kecil). Jumlah populasinya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahasa Sasak terdiri atas beberapa dialek, yaitu dialek Sasak Pejanggi, Sasak Selaparang, Sasak Bayan, Sasak Tanjong, Sasak Pujut, Sasak Sembalun, Sasak Tebango, dan Sasak Pengantap. Bahasa Sasak juga mengenal tingkatan bahasa, yaitu halus dalem, halus biasa, dan kasar (bahasa pasar).

Mata Pencaharian Suku Sasak

Mata pencaharian utama Orang Sasak adalah bercocok tanam di ladang (lendang) atau di sawah (subak). Ada juga yang menggantungkan hidup pada kegiatan berburu rusa, babi, dan binatang hutan lainnya, mencari umbi-umbian, menangkap ikan, mata pencaharian lain adalah membuat barang anyaman, ukiran logam, kain tenun, barang-barang dari rotan, tanah liat dan sebagainya.

Masyarakat Suku Sasak

Keluarga inti masyarakat Sasak disebut koren atau kurenan. Keluarga-keluarga inti ini bergabung ke dalam keluarga luas terbatas yang mereka sebut sorohan atau kadang waris. Prinsip kekerabatan mereka adalah patrilineal yang mengenal garis keturunan ke atas (papu balo) dan ke bawah (papu bai), lalu ke samping (semeton jari). Adat menetap sesudah nikah biasanya virilokal, walaupun banyak juga yang lebih suka membuat hunian baru. Dalam kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga, mereka bergotong royong dengan sistem yang mereka sebut basiru.

Setiap sorohan dipimpin oleh seorang ketua yang disebut turas dan diberi gelar Datu. Dalam sebuah desa (dusun atau gubuk) pada masa sekarang selain kepala desa juga dikenal pemimpin adat yang dipanggil mangkubumi atau pemangku adat atau jintaka. Kepala desa sendiri sehari-hari dibantu oleh krama desa, yaitu orang-orang terkemuka dari setiap kelompok soroan dalam desa. Pembantu tetap kepala desa adalah jaksa (juru tulis), keliang (penghubung), langlang (kepala keamanan) dan wakil keliang (juarah). Setiap kepala desa memperoleh santunan dari warganya, misalnya bantuan tenaga untuk mengerjakan sawah atau ladang kepala desa, ini disebut najen.

Pada masa sekarang dalam masyarakat Sasak masih ada sisa bentuk pelapisan sosial lama, yaitu dengan adanya golongan-golongan seperti menak (bangsawan) yang biasanya bergelar Datu, Raden dan Mamiq. Kedua adalah golongan orang terpandang yang berasal dari keturunan pemimpin desa yang bukan bangsawan, disebut parawangsa. Ketiga adalah golongan kaula atau orang kebanyakan, yang sudah mempunyai anak disebut amaq, yang belum mempunyai anak disebut loq. Sedangkan perempuan yang belum mempunyai suami disebut la, dan yang sudah bersuami disebut inaq.

Agama Dan Kepercayaan Suku Sasak

Umumnya orang Sasak memeluk agama Islam, akan tetapi dalam penghayatannya mereka membedakan diri menjadi golongan Islam Waktu Lima dan Islam Waktu Telu. Golongan yang pertama menjalankan ajaran agama Islam dengan baik. Golongan yang kedua mengakui Allah dan Nabi Muhammad, akan tetapi lebih banyak menjaga kesucian batin dan tingkah lakunya menurut ajaran nenek moyang, selain itu mereka banyak melakukan upacara di tempat yang dianggap dihuni roh nenek moyang (kemali). Golongan kedua ini amat percaya bahwa di alam sekitar mereka hidup makhlus halus, batara guru, bidadari, bedodo, bake (hantu), belata, bebai, gegendu dan bermacam leya (makhluk jadi-jadian). Hal-hal yang berhubungan dengan perbuatan gaib dan magis mereka lakukan dengan bantuan belian (syaman).

Referensi : Depdikbud 1978, Achadiyat 1989, Lebar 1972
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Sejarah Suku Sasak Silahkan baca artikel Suku Dunia Tentang | Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Sejarah Suku Sasak Sebagai sumbernya

0 Response to "Sejarah Suku Sasak"

Post a Comment

Sejarah Suku Lainnya